Sunday, October 12, 2014

Sukses & Arogansi



Seorang CEO dari perusahaan Fortune 100 mengatakan, “Success can lead to arrogance. When we are arrogant, we quit listening. When we quit listening, we stop changing. In today’s rapidly moving world, if we quit changing, we will ultimately fail.” (Sukses bisa membuat kita jadi arogan. Saat kita arogan, kita berhenti mendengarkan. Ketika kita berhenti mendengarkan, kita berhenti berubah. Dan di dunia yang terus berubah dengan begitu cepatnya seperti sekarang, kalau kita berhenti berubah, maka kita akan gagal).

Itulah sisi negatif dari kesuksesan, yakni arogansi. Arogansi muncul saat seseorang merasa diri paling hebat, paling luar biasa, dan paling baik dibandingkan dengan yang lainnya. Penyakit mental ini bisa menjangkiti apa dan siapa saja, mulai dari organisasi, produk, pemimpin, sampai orang biasa. Khusus pada tulisan ini, kita akan membicarakan soal manusianya.

Orang sukses lalu bersombong ria sebenarnya patut disayangkan. Bayangkan saja, saat berjuang keras menggapai kesuksesan, mereka begitu terbuka untuk belajar. Mereka mau mendengarkan. Mereka mau berjerih payah, berani hidup susah, dan mengorbankan diri. Bahkan, mereka tampak sangat ‘merakyat’ hidupnya. Akan tetapi, itu dulu. Sayang sekali, saat kesuksesan datang, mereka lupa diri. Mungkin dia akan berkata, “Saya sudah berhasil mencapai yang terbaik. Sekarang, Andalah yang harus mendengarkan saya. Saya tidak perlu lagi mendengarkan Anda.” Hal itu diperparah lagi ketika mereka dikelilingi oleh para ‘yes man’ yang tidak berani angkat bicara soal kekurangan orang ini. Hal ini membuat orang itu semakin ‘megalomania’ , pongah, angkuh, dan egois. Ia terbelenggu oleh kesuksesannya sendiri. Ia tidak pernah belajar lagi.

Ada Seorang Pebisnis, dia menceritakan susah payahnya membangun bisnisnya. Cerita yang mengharukan sekaligus heroik ketika dia harus tidur di kolong jembatan saat tiba di Jakarta ketika remaja. Dengan susah payah dia merangkak dari bawah untuk bertahan hidup. Menikah tanpa uang sepeser pun. Hidup di rumah kontrakan kecil. Akan tetapi, dia tidak patah arang. Dia mengamati cara kerja orang sukses, mencontoh, dan memodifikasi sendiri produknya. Sekarang, dia pun berjaya. Tiga pabrik besar ada di genggamannya.

Namun, sayang sekali. Perusahan itu sedang diterpa badai masalah internal. Pemicunya tak lain adalah sikap pemimpin yang arogan. Dia otoriter dan antikritik. “Kalau saya bisa, kalian juga harus bisa,” katanya pongah. Dia pun menolak ide-ide baru. Dia mengelola perusahaan dengan serampangan. Turn over karyawan pun tinggi. Sisanya hanya kelompok para ‘penjilat’ yang tidak berani melawan. Dia menginginkan anak buahnya di-training. Padahal, dia sendiri yang perlu up date diri dengan training.

Arogansi bisa menghampiri siapa saja. Termasuk seorang pendidik, guru, dosen, yang tiap hari memberi suatu bagi orang lain.

Dari situ, kita belajar banyak untuk hati-hati. Kesuksesan jangan membuat kita arogan dan cenderung self centered serta tidak mau mendengarkan orang lain. Dunia begitu mengenal sosok Mao, Hitler, ataupun Stalin. Mereka berjuang dari basis bawah menuju pucuk kepemimpinan. Mereka pun berjuang untuk perubahan di masyarakatnya. Idealisme mereka sangat luar biasa. Orang pun dibuatnya kagum. Namun, mereka lupa daratan ketika sukses. Mereka memonopoli kebenaran tunggal alias antikritik dan antipembaruan. Mereka memimpin dengan tangan besi. Korban pun bergelimpangan dari tangannya. Begitu juga dalam sejarah bisnis. IBM yang begitu besar dan terkenal pernah mengalami kemerosotan saat arogansi membekap sikap dan pikiran para pemimpin mereka.

Terjebak retorika

Namun, itulah yang terjadi apabila orang berhenti belajar dan merasa diri sudah selesai. Tanpa dia sadari, lingkungannya terus belajar, berinovasi, dan berkembang. Sementara, dia mandek di posisinya. Akibatnya, kue kesuksesan yang dia peroleh lama-kelamaan menjadi basi. Tanpa sadar, kompetitor mereka bergerak jauh meninggalkan dirinya di belakang. Mereka terjebak dalam retorika, kalimat, jurus yang itu-itu saja alias usang. Arogansi telah menutup hati dan pikirannya untuk kreatif menemukan jurus dan tip-tip baru mempertahankan sekaligus mengembangkan kesuksesannya. Di sinilah, arogansi berujung pada malapetaka dan kehancuran.

Jadi, bagaimanakah tipnya agar kesuksesan kita tidak berubah menjadi arogansi?

Pertama- Aware (sadar) dengan sikap dan tingkah laku kita selalu. Meskipun sudah sukses, kita perlu memberi waktu untuk menyadari sikap dan perilaku kita di mata orang lain. Selalulah sadar apakah nada dan ucapan serta tindak tanduk kita sekarang semakin membuat banyak orang lain terluka? Apakah kita masih tetap menghargai orang lain? Apalagi orang-orang yang telah turut membawa Anda ke level sukses sekarang, apakah Anda hargai? Jangan sampai, tatkala masih bersusah payah, kita begitu respek, tetapi setelah sukses justru mencampakkan mereka.

Kedua- Waspadai umpan balik yang hanya menghibur kita tetapi tidak membuat kita belajar lagi. Hati-hati dengan orang di sekeliling kita yang hanya mengatakan hal bagus, tetapi tidak berani memberikan masukan yang baik. Kadang, masukan negatif juga kita perlukan demi perkembangan, sesukses apa pun kita.

Ketiga- Awasi dan peka dengan perubahan yang terjadi. Dalam buku Who Moved My Cheese disimpulkan bahwa kita harus selalu mencium keju kita, apakah sudah basi ataukah mulai diambil orang lain. Kita pun harus terus mencium dan peka bagaimana orang lain mengembangkan dirinya serta bisa jadi ancaman bagi kita. Jangan pula merasa diri paling hebat dan lupa belajar.

Keempat- Sopan dan rendah hati untuk belajar dari orang lain.

Semoga tulisan ini menginspirasi Anda untuk meraih sukses sejati. Kesuksesan yang membuat Anda tidak arogan. Baiknya kita tutup tulisan ini dengan kalimat kuno yang seringkali sudah kita dengar. “Di atas langit masih ada langit yang lain”.

Hidup Jangan Tertidur



Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan “tertidur.” Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan “tertidur.”

Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang. Anda pun tahu persis nomor pin Anda. Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada orang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, Anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.

Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar!

Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah “rahmat terselubung” karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit. Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK. Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis.

Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, “Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!” Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga hanya berkata tegas, “Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali.”

Itulah analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan kita pada arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tidak sempat kita nikmati.

Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, “Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.” Manusia bukanlah “makhluk bumi” melainkan “makhluk langit.” Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan “rumah” untuk mencari “rumah” yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal
dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.

Coba Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup!

Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan — apalagi dengan menyalahgunakan jabatan — kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan
berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.

Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar ? Jawabnya: ya! Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah:
Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak
orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.

Thursday, October 9, 2014

Jutawan Yang Mengajari Anaknya Hidup Mandiri


Yu Youzhen, seorang jutawan asal Kota Wuhan, China, yang kini menjadi bahasan utama di beberapa surat kabar setempat. Pasalnya, untuk memberikan contoh positif bagi kedua anaknya, Yu rela menjadi tukang sapu jalan yang hanya menerima upah 1.420 yuan per bulan atau sekitar Rp 2,2 juta.

Uang yang didapatkannya dari upah menyapu jalan tentu tidaklah sebanding dengan pendapatannya saat ini. Yu, yang juga dikenal sebagai pemilik puluhan apartemen, tersebut memiliki aset jutaan yuan yang sangatlah cukup untuk menopang semua kebutuhan hidupnya. Namun, Yu tak ingin terlena dengan apa yang dia miliki sekarang.

Alih-alih bermalas-malasan di rumah dan menghitung semua kekayaannya, Yu tetap memutuskan untuk bekerja sebagai pekerja kebersihan. Pekerjaan tersebut rupanya telah ia lakukan sejak tahun 1998. Semua itu dilakukannya bukan tanpa alasan. Yu tidak dilahirkan dari keluarga yang kaya. Pada tahun 1980, ia hanyalah seorang petani sayur miskin di Hongshan, distrik Donghu, desa Huojiawan. Bersama suaminya, Yu harus mau bekerja keras untuk menghemat uang mereka.

Setelah bertahun-tahun bekerja dari fajar hingga senja, mereka berhasil menjadi keluarga pertama yang memiliki rumah 3 lantai. Kala itu, banyak orang yang datang ke Wuhan untuk mencari pekerjaan, dan banyak dari mereka yang membutuhkan tempat tinggal, sehingga Yu mulai menyewakan kamar cadangannya di rumahnya. Setiap kamar sewa menghasilkan sekitar 50 yuan setiap bulan.
Uang itu kemudian digunakan untuk membangun lebih banyak rumah dan menambah lantai. Setelah beberapa tahun, Yu dan suaminya memiliki tiga bangunan 5 lantai, yang sebagian besar disewakan. Beruntung lagi, sesuai dengan kebijakan penggantian dan pembangunan kembali lahan, Yu dan keluarganya mendapat kompensasi 21 apartemen dari pemerintah untuk seluruh rumah yang telah mereka bangun di Huojiawan.Kekayaan itu tak pelak menyilaukan mata Yu dan suaminya.

Ia yang sedari dulu telah bekerja keras tidak ingin kedua anaknya hidup berfoya-foya. Secara pribadi, Yu sangat menyayangkan sikap warga desanya yang sering menyia-nyiakan kekayaan mereka hanya untuk berjudi, minum, dan narkoba. Oleh karenanya, Yu bertekad akan mendidik anak-anaknya dengan memberi contoh yang baik.
Salah satunya dengan menjadi tukang sapu jalan.Ia bekerja sejak pukul 3 pagi selama enam hari dalam seminggu. Untuk membersihkan jalanan sepanjang 3 km, ia bahkan harus menghabiskan 6 jam sehari. Yu tidak hanya menyapu jalan, tetapi juga membersihkan semua tong sampah yang terdapat di sepanjang jalan.
"Saya ingin memberi contoh untuk putra dan putri saya. Seseorang tidak bisa hanya duduk di rumah dan 'menggerogoti' semua kekayaannya," kata Yu ketika ditanya perihal alasannya bekerja sebagai pembersih jalan, Yu juga memperingatkan kedua anaknya untuk tetap bekerja sebagaimana mestinya.

Jika tidak, ia mengancam untuk menyumbangkan semua hartanya pada negara. Kini, anak laki-lakinya telah bekerja sebagai supir di area Donghu Scenic dan digaji lebih dari 2.000 yuan per bulan, sedangkan putrinya bekerja di sebuah perkantoran dengan upah 3.000 yuan per bulan.

Setiap orang punya cara tersendiri untuk memaknai hidup. Namun, apakah hidup hanya sebatas kepuasan diri untuk apa yang telah kita dapatkan?
Ataukah kita tetap berjuang seperti apa yang dilakukan Yu sepanjang hidupnya?

Kejujuran Tukang Becak yang Diangkat Anak oleh Jenderal TNI


Sang Jenderal yang berpakaian sipil bertanya kepada si penarik becak itu, kenapa tidak ikut menjarah. "Itu perbuatan haram. Saya tidak pernah diberi makan barang haram oleh orangtua saya".

Dream - Hari itu Makassar begitu mencekam. Kerusuhan berbau Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) meletus di ibukota Sulawesi Selatan. Toko-toko dan rumah milik warga keturunan dijarah kemudian dibakar.

Dalam kerusuhan 15-17 September 1997 itu Sekitar 2.000 rumah dan toko hancur, dibakar dan dijarah. Tak kurang dari 80 mobil dan 150 sepeda motor jadi sasaran amuk massa. Total kerugian mencapai Rp 17,5 miliar.

Tragedi ini dikenang sebagai Peristiwa September. Saat itu Panglima Kodam Wirabuana dipegang Mayjen Agum Gumelar.

Saat patroli, Agum melihat seorang pemuda duduk di atas becaknya. Sementara ribuan orang lain sibuk menjarah toko-toko yang terbakar.

Mayor Jenderal Agum yang berpakaian sipil bertanya pada pemuda itu kenapa tidak ikut menjarah. Jawaban tukang becak bernama Mustafa tersebut mengejutkan Agum.

"Itu perbuatan haram. Saya tidak pernah diberi makan barang haram oleh orangtua saya," kata Mustafa tegas.

Kisah ini dituliskan Agum dalam biografinya Agum Gumelar Jenderal Bersenjata Nurani terbitan Pustaka Sinar Harapan 2004.

Agum kagum pada pemuda itu. Dia kemudian memberi uang Rp 20.000, tapi Mustafa menolaknya. Mustafa tidak tahu berhadapan dengan seorang Panglima Kodam.

Setelah Kapolres dan Komandan Kodim ikut mendesak, barulah Mustafa menerimanya. Uang dari Agum pun tak dipakai oleh Mustafa. Dia hanya menyimpannya saja.

Mustafa pemuda jujur berkemauan besar. Meninggalkan kampungnya di Janeponto demi melanjutkan SMA di Makassar.

Mustafa tak mau hanya jadi lulusan SMP dan jadi petani. Dia punya mimpi sekolah setinggi-tingginya. Demi sekolah, pemuda belasan tahun itu jadi penarik becak. Sehari-hari, dia ditampung oleh pamannya.

Mustafa juga baru tahu setelah koran-koran ramai memberitakan Pangdam Wirabuana mencari tukang becak untuk diberi penghargaan sebagai teladan. Akhirnya bertemulah Mustafa dengan Agum Gumelar.

Agum kemudian mengangkat Mustafa sebagai anak angkat. Dia menanggung semua biaya sekolah Mustafa. Agum juga mengajak Mustafa tinggal di rumah dinas Pangdam.

Pada 1998, Agum dipindah ke Jakarta. Dia berniat mengundang Mustafa untuk mengikuti perayaan sumpah pemuda di ibukota. Namun rupanya ada kabar duka dari Makassar.

Mustafa sudah meninggal dunia. Ternyata sudah lama Mustafa sakit-sakitan. Dia tak pernah menyampaikan hal itu pada Agum.

Penarik becak yang jujur itu sempat dirawat di sebuah rumah sakit, tapi karena tak ada biaya perawatan hanya asal-asalan.

Agum melayat ke Janeponto, dia disambut ribuan warga. Secara tak resmi, Mustafa diangkat jadi pahlawan kejujuran dari Janeponto. Mereka semua berduka atas kematian seorang pemuda yang layak jadi teladan.

Friday, September 19, 2014

Hidup Harus Lurus



Allah Swt, berfirman,

"Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al Fatihah [1]: 6-7 ). 

Ayat ini menjelaskan bahwasanya kita perlu mencari ilmu agar mengetahui apa saja hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai Allah Swt. Apa yang disukai-Nya, maka lakukan. Sedangkan apa yang tidak disukai-Nya, maka tinggalkan. Adapun perkara rezeki, Allah Swt sudah mengaturnya untuk kita. 

Tentang kejujuran misalnya. Antara jujur dan tidak jujur, Allah Swt menyukai yang pertama. Namun, bisa jadi kebanyakan orang menyukai yang kedua. Apabila kita jujur, mungkin ada orang lain yang jadi tidak suka kepada kita. Akan tetapi, karena Allah Swt suka pada Kejujuran, maka ditanamkanlah oleh-Nya rasa tenang, aman, kekuatan dan keteguhan di dalam hati kita. Sehingga kita tetap kokoh dan tidak merasa takut saat tidak disukai oleh sesama manusia yang tidak menyukai sikap jujur kita.
Akan tetapi, ketika kita tidak jujur, mungkin manusia akan menyukai kita. Namun, karena Allah Swt tidak ridha terhadap ketidakjujuran, maka ditanamkanlah oleh-Nya rasa cemas, was-was, resah dan gelisah di dalam hati kita. Jika sudah seperti ini, maka segala kesenangan materiil yang kita peroleh dari ketidakjujuran, tidak akan berarti apa-apa. Kita akan terus-menerus tertekan dari dalam diri sendiri. Bahkan, meski tidak dihina oleh sesama manusia pun, kita akan merasa tersiksa.
Banyak pelaku ketidakjujuran yang kemudian merasakan akibatnya secara langsung di dunia. Seperti dengan hukuman penjara misalnya. Namun, hukuman-hukuman semacam ini mestinya ditafakuri dan disyukuri. Karena hukuman seperti ini adalah cara Allah Swt menegur dan mengingatkan si pelaku sehingga ia mau memperbaiki diri. Orang yang beruntung adalah orang yang melakukan kesalahan kemudian diingatkan sehingga ia mengetahui jalan perbaikan. Sedangkan orang yang rugi adalah orang yang melakukan kesalahan namun tidak mendapat peringatan, sehingga ia semakin tenggelam dalam kesalahan. Lebih rugi lagi orang yang berada di dalam kesalahan kemudian berakhir hidupnya sebelum sempat memperbaiki dirinya.

Contoh lainnya, membicarakan keburukan orang lain. Ini adalah perbuatan yang hampir lazim terjadi di seluruh lapisan masyarakat kita. Padahal ini salah satu perbuatan yang tidak disukai Allah Swt. Membicarakan keburukan orang itu bukanlah hal yang mengenakkan. Pelaku perbuatan seperti ini, ketika baru saja membicarakan keburukan orang lain, maka kondisi hatinya seketika itu juga tidak enak. Penuh prasangka negatif, kecurigaan, iri dan dengki. Itu baru dari aspek dalam. Dari aspek luar, raut muka pelaku perbuatan ini pun seketika itu akan berubah jadi tidak mengenakkan. Demikian pula dengan kalimat-kalimat yang 

Thursday, September 18, 2014

Membangun Motivasi Diri Sendiri




Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika anda memiliki motivasi yang kuat dalam diri anda. Tanpa motivasi apapun, sulit sekali anda menggapai apa yang anda cita-citakan. Tapi tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam diri sendiri. Bahkan mungkin anda tidak tahu pasti bagaimana cara membangun motivasi di dalam diri sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi tersebut.

Caranya? coba simak tips berikut ini:

1. Ciptakan sensasi

Ciptakan sesuatu yang dapat “membangunkan” dan membangkitkan gairah anda saat pagi menjelang. Misalnya, anda berpikir esok hari harus mendapatkan keuntungan 1 milyar rupiah. Walau kedengarannya mustahil, tapi sensasi ini kadang memacu semangat anda untuk berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah anda lakukan kemarin.

2. Kembangkan terus tujuan anda

Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu sederhana membuat anda tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal untuk meraih sesuatu anda memerlukan tantangan yang lebih besar, untuk mengerahkan kekuatan anda yang sebenarnya. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam hidup anda.

3. Tetapkan saat kematian

Anda perlu memikirkan saat kematian meskipun gejala ke arah itu tidak dapat diprediksikan. Membayangkan saat-saat terakhir dalam hidup ini sesungguhnya merupakan saat-saat yang sangat sensasional. Anda dapat membayangkan ‘flash back’ dalam kehidupan anda. Sejak anda menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga tampil sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri. Jika anda membayangkan ‘ajal’ anda sudah dekat, akan memotivasi anda untuk berbuat lebih banyak lagi selama hidup anda.

4. Tinggalkan teman yang tidak perlu

Jangan ragu untuk meninggalkan teman-teman yang tidak dapat mendorong anda mencapai tujuan. Sebab, siapapun teman anda, seharusnya mampu membawa anda pada perubahan yang lebih baik. Ketahuilah bergaul dengan orang-orang yang optimis akan membuat anda berpikir optimis pula. Bersama mereka hidup ini terasa lebih menyenangkan dan penuh motivasi.

5. Hampiri bayangan ketakutan

Saat anda dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jangan melarikan diri dari bayangan tersebut. Misalnya selama ini anda takut akan menghadapi masa depan yang buruk. Datang dan nikmati rasa takut anda dengan mencoba mengatasinya. Saat anda berhasil mengatasi rasa takut, saat itu anda telah berhasil meningkatkan keyakinan diri bahwa anda mampu mencapai hidup yang lebih baik.

6. Ucapkan “selamat datang” pada setiap masalah

Jalan untuk mencapai tujuan tidak selamanya semulus jalan tol. Suatu saat anda akan menghadapi jalan terjal, menanjak dan penuh bebatuan. Jangan memutar arah untuk mengambil jalan pintas. Hadapi terus jalan tersebut dan pikirkan cara terbaik untuk bisa melewatinya. Jika anda memandang masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, anda akan semakin sulit termotivasi. Sebaliknya bila anda selalu siap menghadapi setiap masalah, anda seakan memiliki energi dan semangat berlebih untuk mencapai tujuan anda.

7. Mulailah dengan rasa senang

Jangan pernah merasa terbebani dengan tujuan hidup anda. Coba nikmati hidup dan jalan yang anda tempuh. Jika sejak awal anda sudah merasa ‘tidak suka’ rasanya motivasi hidup tidak akan pernah anda miliki.

8. Berlatih dengan keras

Tidak bisa tidak, anda harus berlatih terus bila ingin mendapatkan hasil terbaik. Pada dasarnya tidak ada yang tidak dapat anda raih jika anda terus berusaha keras. Semakin giat berlatih semakin mudah pula mengatasi setiap kesulitan.

Kesimpulan:
Motivasi dapat menumbuhkan semangat dalam mencapai tujuan. Motivasi yang kuat di dalam diri, kita akan memiliki apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap diri dan hidup ini. Sehingga kita tidak akan ragu untuk melangkah ke depan, yaitu mencapai visi hidup kita.
Salam Sukses !

Semua Terjadi Karena Suatu Alasan Yang Tak Terduga




Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi , latihan ketangkasan , percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?

Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih orang lain yaitu Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku?

Bagian diriku yang mana yang kurang?Mengapa aku diperlakukan kejam ?

Aku berpaling pada ayahku. Katanya: “Semua terjadi karena suatu alasan.”

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku: “Semua terjadi karena suatu alasan.” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang….

Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara:
1. Apabila Tuhan mengatakan YA. Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta.
2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK. Maka mungkin kita akan mendapatkan yang lain yang lebih sesuai untuk kita.
3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU. Maka mungkin kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kehendakNYA

Jadilah Sang Pelita




Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.

Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”

Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”

Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.

Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”

Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.

Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”

Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”

Si buta tertegun..

Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”

Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”

Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.

Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”

Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”

Senyap sejenak.

secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”

Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.

Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.

Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.

Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

5 Menit Yang Sangat Bearti





Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman-Main di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah. “Tuh.., itu putraku yang di situ,” katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata ibu itu berbinar, bangga.

“Wah, bagus sekali bocah itu,” kata bapak di sebelahnya. “Lihat anak yang sedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku,” sambungnya, memperkenalkan. Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya. “Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?” Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata, “Kalau lima menit lagi,boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok,yaaa…?”

Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. “Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?” Lagi-lagi Jack memohon, “Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah?” pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pria itu bersenyum dan berkata, “OK-lah, iyalah…”

“Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar,” ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu. Pria itu membalas senyum, lalu berkata, “Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. Saya bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyah-bahagianya….”

Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas. Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya. Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?

Mari Memperbaiki Diri




Pernahkah suatu kali kita menemui bahwa ternyata secara tak sengaja telah tersakiti hati orang-orang lain di sekitar kita. Kita melangkah memulai hari tanpa mengerti bahwa kemarin, dua hari lalu, atau hari-hari sebelumnya lagi, entah berapa banyak orang yang tak berkenan dengan apa yang telah kita lakukan. Walau tanpa sadar, walau tak bermaksud demikian, namun hati yang terlanjur tersakiti, sulit tuk dipulihkan lagi.

Suatu kali, saat menjalani tingkat pertama perkuliahan, seseorang pernah berkata pada saya, “Kamu galak banget ya?” Ups! Saat itu saya benar-benar kaget. Galak? Ya, mungkin juga sih. Rasanya saya memang tidak pernah seperti si A, teman saya, yang bisa dengan ramainya berkicau menyapa setiap orang yang ia lewati di lorong kampus. Kemudian saya pun bertanya lebih lanjut, mencoba memahami “complain” yang saya terima hari itu.

Teringat waktu kelas dua SMU dulu. Saat saya dan teman-teman lain menjadi pengurus OSIS SMU. Berkutat dengan pelajaran, sekaligus aktivitas kepengurusan, setiap hari rasanya ada saja bahan rapat sepulang sekolah. Capek? Sudah pasti. Tapi entah kenapa saya menyukai semua aktifitas itu. Sepertinya bila hari belum gelap, belum waktunya untuk pulang ke rumah.Tanpa sadar, aktifitas ini itu di sekolah serta tuntutan harus mencapai nilai-nilai yang baik, plus beberapa permasalahan yang juga saya hadapi di rumah, membuat sedikit tekanan yang akhirnya terbawa pada perilaku. Saya mungkin tak menyadari, tapi tidak dengan yang lain.

Hari itu, saya dan teman-teman sedang duduk-duduk di depan sekolah. Tiba-tiba teman saya memanggil, “Kamu dicariin tuh, sama anak kelas 1-5.” Saya menoleh ke belakang, rupanya sedari tadi sudah berdiri dua orang anak kelas satu. Dua-duanya saya kenal, mereka anak-anak kelas satu yang rajin menghadiri acara Keputrian tiap Jumat. “Kenapa, dek?” tegur saya. Mereka mendekat, salah satunya menyodorkan sebuah buku, “Ng… ini kak, mau kembaliin bukunya. Maaf kelamaan minjemnya,” katanya dengan suara sangat pelan. Saya mengangguk sambil tersenyum kecil, dan mengambil buku tersebut. Mereka lantas lekas pergi setelah mengucapkan salam. Kemudian seorang teman saya yang lain berkata, “Eh, kemarin mereka nanya ke aku, tentang kamu.” Saya menatapnya heran, “Tanya apa?” “mereka tanya, “Kakak yang itu, maksudnya kamu, galak nggak sih?” Saya terhenyak. Pantas, tadi tampaknya mereka menghampiri dengan raut takut-takut dan suara nyaris tak terdengar. Saya berusaha keras mengingat-ingat, apa sih yang sudah saya lakukan sampai-sampai adik kelas takut kepada saya. Lalu saya hanya bisa nyengir pahit, karena saya tak berhasil mengingat apapun. 

Pernahkah kita menyadari bahwa bisa jadi hari ini kita telah mengecewakan banyak orang? Kita mengira bahwa hari ini telah dilewati dengan lancar tanpa gangguan dan kita akhiri hari dengan tidur nyenyak. Namun ternyata tadi pagi, saat kita lupa mencium tangan orang tua untuk pamit, terbersit sedikit kecewa di hati mereka. Tadi pagi, saat membayar ongkos bis, kita memberikannya dengan sodoran yang kasar hingga pak kondektur bis bertambah lelah dan penatnya bahkan merasa terhina. Tadi pagi, saat masuk ruangan kantor, kita lupa menyapa dan memberi salam dan senyum pada pak satpam dan beberapa teman yang sudah datang, hingga yang kita suguhkan hanyalah wajah lelah sehabis turun naik bis dan kerut kening pertanda banyak kerjaan kantor yang harus diselesaikan hari itu.

Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa sedikit kesan tak enak yang orang lain tangkap dari tingkah laku kita, dapat membekas begitu dalam tanpa kita menyadarinya. Membuat mereka merasa sedih, kecewa, kesal, atau bahkan marah pada kita. Tanpa kita menyadari, bahwa hari itu telah kita lewati dengan menyakiti hati begitu banyak orang. Dan saat hati-hati mereka telah luka, rasanya tak lagi berarti permohonan maaf kita saat kita ucapkan, “I didn’t mean to…”

Kesalahan yang tak disengaja, terkadang membuat kita sendiri heran. Kapan ya saya melakukan hal itu? Benar tidak ya, saya telah bersikap kasar padanya? Ah, saya kan tidak bermaksud begitu. I didn’t mean to. Dan sekian banyak pemaafan yang kita ukir untuk diri kita sendiri, tanpa peduli orang tersebut masih merasakan sakitnya hingga kini.

Tak usahlah lagi alasan itu dicari. Mari mulai memperbaiki, mulai saat ini. Sebab kita tak pernah tahu kapan diri kita pernah menyakiti.

Dimana Ada Kemaun Pasti Ada Jalan Buat Kita



Pasar malam dibuka di sebuah kota. Seluruh penduduk menyambutnya dengan gembira. Ada berbagai macam permainan, stand makanan dan sirkus. Tetapi kali ini yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.



Setiap malam ratusan orang menonton pertunjukkan manusia kuat. Ia bisa melengkungkan baja hanya dengan tangan telanjang. Ia bisa menhancurkan batu bata tebal dengan tinjunya. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Tapi untuk menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras terus hingga tetes terakhir air jeruk itu terperas.
Kemudian ia menantang para penonton, “Barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini, akan kuberikan dia uang satu juta.”

Wednesday, September 17, 2014

Pelajaran Yang Sangat Berarti Bagi Kita




Saat mengetahuinya, aku sempat tidak percaya adalah orang di sampingku dapat melakukannya. Sejak berpacaran, dia sungguh baik dan sabar walaupun terkadang agak kekanakan. Terhadap keluargapun dia sangat berbakti dengan rela mengorbankan apapun untuk ibu tercinta. Terlahir sebagai anak dari seorang janda, lika liku kehidupan yang keras pun akhirnya harus dijalani akibat perbuatan sang ayah yang tidak bertanggung jawab. Mungkin itulah penyebab dari sikapnya yang agak kasar dan keras, lingkungan telah mengubahnya.

Hari-hari yang kami lalui penuh dengan suka duka kehidupan, susah senang kami lalui dan rasakan bersama karena dia hanyalah berasal dari keluarga yang sangat sederhana, semua beban hidup dan keluarga ditanggungnya, sedangkan aku adalah seorang perantau dari daerah seberang.

Dia memulai karirnya sebagai salesman di suatu perusahaan besar, pada saat usia penjajakan kami sudah mencapai 2 tahun, kami memutuskan untuk menikah dan dalam kurun waktu 2 tahun pula ia telah menunjukkan prestasi yang baik di perusahaan dimana tempat ia bekerja sehingga sekarang telah menjadi seorang manager.

Dia sangat menyukai anak kecil, makanya pada saat pertama kali dia mengetahui bahwa aku hamil, betapa gembiranya ia, dapat terlihat dari tindakannya yang langsung pada saat itu juga pagi-pagi sekali menghubungi pihak keluarga kami, satu-satu dia telpon hanya untuk mengabarkan kehamilanku.
Dia sangat menghargai waktu libur bersamaku terutama sabtu dan minggu, sedari pacaran pun dia tidak mau ada yang mengganggu hari yang baru bisa didapatinya dengan harus melewati 5 hari kerja.

Dia sangat tidak menyukai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan perselingkuhan karena dia harus dipaksa untuk melihat dan merasakan sendiri pahitnya kehidupan karenanya, makanya dia tidak pernah merestui apapun bentuknya bila berkaitan dengan kata tersebut.

Itulah sebabnya aku menempatkan dia sebagai seorang suami yang paling setia kepada istrinya, dan aku merasa beruntung sekali menjadi istrinya.
Bahkan kadang-kadang aku berujar dari dalam hati, suamiku adalah contoh bijak untuk suami-suami yang lain.

Tapi hari itu semua predikatnya yang selama ini aku kagumi sirna dalam sekejab. Aku tidak percaya hal tersebut dapat menimpa diriku yang sama sekali tidak perna terpikirkan olehku apalagi membayangkannya.
Ternyata dia berselingkuh dengan seorang wanita yang jauh lebih muda dariku, kira-kira 8 tahun. Pengakuannya sudah 2 minggu hubungan itu dibina. Apapun pembelaannya terhadap hubungan itu, dari tidak ada perasaan apa-apa sampai tidak melakukan apa-apa, aku sudah tidak bisa mencernanya lagi, pikiranku masih terpana pada perbuatannya terhadap penghianatan cinta kami.
Hari itu dia telah mengorbankan jadwal kami pada hari sabtu untuk mengontrolkan kandunganku yang ternyata dinyatakan ada virus rubella. Dia pergi dengan wanita itu dari pagi hingga malam.

Rupanya Tuhan masih ingin menyelamatkan hubungan kami, besoknya wanita itupun menelepon dan diketahui olehku. Percekcokan terjadi sampai akhirnya aku mengucapkan kata-kata yang sangat aku jaga untuk tidak mengatakannya, PERCERAIAN.

Dahulu dia pernah berkata kepadaku bahwa kalau seseorang bisa berubah dalam waktu singkat, adalah hal yang mustahil, kemungkinan besar itu hanyalah berpura-pura kecuali ada sesuatu yang membuat seseorang itu shock.
Yang aku rasakan sekarang ini adalah mungkin karena penyebab kedua itu, SHOCK.

Dia shock dengan akibat dari perbuatannya yang membuat rumah tangga kami hancur. Sekarang dia telah berubah total, benar-benar total sampai akupun serasa tidak lagi mengenali orang yang selama 9 bulan tidur di sampingku. Perubahannya membuatku terheran-heran, takut kalau itu hanya sementara, aku ingin merasakannya untuk selamanya, belaiannya yang lembut, kata-katanya yang manis, panggilan sayangnya yang membuatku merasa tersanjung, aku takut kalau itu hanya sesaat, sikapnya jauh dari sebelumnya. Seperti permintaannya setelah itu, akupun berusaha untuk melupakan penghianatannya meskipun efeknya entah berapa lama baru dapat hilang dari diriku.
Aku menjadi minder, menjadi sangat pemalu, malu dan takut untuk bertemu orang yang kami kenal, murung dan sedih bila sudah tiba hari sabtu, trauma walaupun hanya dengan melihat pakaian yang ia kenakan pada hari itu. Tiba-tiba bisa menangis dan tiba-tiba bisa murung, suka bermimpi buruk dan menangis di tengah malam. Tapi aku masih tetap bersyukur, karena kejadian itu, hubungan kami menjadi lebih baik dari sebelumnya meski kadangkala aku merasa sedih bila ia lupa untuk bersikap lembut, aku bahkan menganggap sifat asli dari dirinya adalah kelembutan, jadi bila kelembutan itu terlupakan olehnya, aku berusaha untuk menghibur diri bahwa lembut adalah aslinya sedangkan kasar adalah bukan.

Aku mengatakan pada diriku sendiri, beri dia kesempatan untuk memperbaikinya, jangan memojokkannya, beri dia kepercayaan dan dorongan bahwa dia mampu untuk memperbaikinya. Sekarang aku selalu berusaha untuk mengintropeksi diri atas kejadian ini, dari buku-buku maupun dari artikel, aku menjadi rajin mencari. Mungkin kemesraan dan kasih sayang kami akan terasa lebih lengkap di hari valentine nanti, aku sudah tidak sabar ingin hari itu cepat-cepat tiba. suamiku mengatakan ada kejutan untukku, sementara aku juga telah menyiapkan kado istimewa untuknya.

Teman, kadangkala kita tidak pernah tahu siapakah dulunya seseorang di depan kita, apakah dia penjahat atau semacamnya, tapi yang terpenting adalah yang sekarang, di depan kita, seorang yang bersahabat dan patut mendapat seonggok pujian. Mencintai tidak selalu memiliki, tetapi bila telah memiliki, hendaknya kita baik-baik menjaga dan mencintainya dengan sepenuh jiwa.

Saatnya Kita Memberi





Bila tak seorang pun berbelas kasih pada kesulitan anda.
Atau, tak ada yang mau merayakan keberhasilan anda.
Atau tak seorang pun bersedia mendengarkan, memandang, memperhatikan apa pun pada diri anda.
Jangan masukkan ke dalam hati.
Manusia selalu disibukkan oleh urusannya sendiri.
Manusia kebanyakan mendahulukan kepentingannya sendiri.
Anda tak perlu memasukkan itu ke dalam hati.
Karena hanya akan menyesakkan dan membebani langkah anda.
Ringankan hidup anda dengan memberi pada orang lain.
Semakin banyak anda memberi semakin mudah anda memikul hidup ini.

Berdirilah di depan jendela.
Pandanglah keluar.
Tanyakan pada diri sendiri, apa yang bisa anda berikan pada dunia ini.
Pasti ada alasan kuat mengapa anda hadir di sini.
Bukan untuk merengek atau meminta dunia menyanjung anda.
Keberadaan anda bukan untuk kesia-siaan.
Bahkan seekor cacing pun dihidupkan untuk menggemburkan tanah.
Dan, sebongkah batu dipadatkan untuk menahan gunung.
Alangkah hebatnya anda dengan segala kekuatan yang tak dimiliki siapapun untuk mengubah dunia.
Itu hanya terwujud bila anda mau memberikannya.

Cara Mengatasi Rasa Bosan Saat bekerja




Siapa pun pasti pernah mengalami rasa bosan dan jenuh dengan pekerjaan. Entah mereka sudah bertahun-tahun bekerja atau baru saja masuk ke dalam dunia kerja.

Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang bosan dengan pekerjaannya. Bisa karena monoton, lingkungan kerja yang tidak kondusif, rekan kerja yang menyebalkan, atau ada masalah pribadi. Lalu terpikirlah, betapa menyenangkan kalau bekerja di tempat lain.

Tapi, berpindah pekerjaan bukanlah hal yang gampang. Selain itu belum tentu di tempat yang baru kita akan bebas dari persoalan yang menyebabkan kebosanan dan kejenuhan. Bisa jadi keluar dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau.

Nah, meski bosan sedang melanda, Anda harus bersyukur bisa memperoleh pekerjaan. Apalagi saat ini tidak mudah mencari pekerjaan.

Jadi, lawanlah kebosanan itu dengan kiat-kiat berikut:

1. Bersikap antusias
Bersikap antusias bisa dilakukan dengan cara kita bekerja “seolah-olah menikmatinya”, sehingga pada waktunya kita benar-benar menikmati pekerjaan tersebut. Hanya saja, kadang kita tidak bisa menikmati karena pekerjaan itu memerlukan waktu lama dan jam kerjanya ketat. Ada cara sederhana untuk mengatasinya, semisal dengan tersenyum atau berdiri tegap ketika merasa lelah.

Juga perlu diingat bahwa kita bukanlah robot. Hanya saja, ketika bekerja pusatkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan yang sedang kita lakukan. Istirahat dan liburan memang perlu, tapi jangan dipikir ketika sedang bekerja.

2. Lakukan yang terbaik
Meski pekerjaan tidak menarik, kita harus melakukan yang terbaik. Mengapa? Karena jika kita bekerja asal-asalan maka pekerjaan akan bertumpuk. Kalau sudah begitu, kita semakin terbebani dan ada kemungkinan melakukan kesalahan. Salah berarti kita harus bekerja dua kali atau lebih, sehingga kita menjadi jengkel yang bisa-bisa bermuara ke stres.

Jadi, dengan menyelesaikan suatu pekerjaan tepat waktu dan memberi prioritas kepada pekerjaan yang terpenting, maka kita bisa memiliki waktu lebih. Menurut buku The Joy of Working, pekerjaan yang diselesaikan dengan baik akan menghasilkan kepuasan batin. Untuk memperbaiki mutu pekerjaan, kita bisa menetapkan standar dan tujuan baru agar bisa mengungguli diri kita sendiri.

3. Memperindah pekerjaan kita
Biasanya pekerjaan yang kita terima dari atasan disertai dengan rangka berisi aturan dan pedoman. Jika kita melakukan pekerjaan tersebut sesuai juklak, maka tidak ada sentuhan pribadi kita pada pekerjaan tersebut. Adanya sentuhan pribadi akan membuat pekerjaan jauh lebih menarik. Karena bersifat pribadi, maka tidak ada aturan baku untuk hal itu. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam memperindah sesuatu. Misalnya, agar bisa menikmati pekerjaannya, seorang pelayan senang menghapal pesanan pelanggan tetap, sementara yang seorang mungkin bersikap lebih baik dan sopan.

4. Teruslah belajar
Menurut buku Tension Turnaround, otak meningkatkan kapasitasnya untuk memproses informasi seraya kita bertumbuh. Untuk itu kita harus memuaskan keinginan otak kita akan informasi baru dengan mempelajari hal-hal baru. Dengan belajar tentang pekerjaan, kita akan sangat terbantu dalam membuat pekerjaan menjadi lebih menarik dan memuaskan. Hal itu karena belajar bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kesanggupan kita serta mempengaruhi sikap secara umum terhadap kehidupan.

Banyak hal yang bisa kita pelajari, terutama yang tidak secara langsung berhubungan dengan pekerjaan. Misalnya hubungan antarmanusia, tentang peralatan pekerjaan kita, cara menulis memo kantor yang lebih baik, memimpin rapat yang lebih efektif, atau cara yang lebih baik dalam berurusan dengan atasan. Untuk mempelajari hal itu mungkin perusahaan tempat kita bekerja memiliki anggaran khusus untuk pelatihan semacam itu. Jika tidak, mengapa tidak memanfaatkan perpustakaan yang ada di kantor? Bisa jadi ada buku-buku yang kita butuhkan.

Belajar juga bisa melalui pengalaman orang lain. Kita bisa mengamati rekan sekerja mengenai kekuatan dan kelemahan yang bisa kita jadikan bahan pelajaran. Bahkan dengan belajar dari kesalahan atau keberhasilan kita sendiri, kemudian menganalisisnya sehingga bisa melakukan hal-hal yang tepat di kemudian hari. Dengan melakukan hal ini, kita bisa memperoleh pelajaran yang tidak mungkin bisa kita dapatkan di sekolah ataupun dengan membaca.

Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam memerangi rasa bosan terhadap pekerjaan. Singkirkan pikiran negatif yang bisa membuat liburan kita terbebani oleh pekerjaan. Jangan memikirkan kegagalan di masa lalu sembari mencemaskan pendapat orang tentang diri kita.

Berikan perhatian penuh pada pekerjaan, menjadi asyik dengannya, dan melakukan upaya yang terbaik sehingga kita bisa merasakan suatu kegembiraan karena telah menyelesaikan pekerjaan kita.

Tuesday, September 9, 2014

Berfikirlah Secara Sederhana

Di sebuah perusahaan sabun mandi sedang mengadakan rapat penting berkenan dengan banyaknya komplain dari konsumen yang mendapati kotak sabun yang tidak ada isinya atau kosong. Terutama dari pihak agen yang merasa tertipu karena di setiap karton (kardus packing), selalu ada beberapa kotak sabun yang kosong. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan ini merupakan kesalahan yang tidak dapat dihindari, dikarenakan kondisi mesin produksi yang dimiliki sudah terlalu tua. Untuk itu pimpinan perusahaan memanggil para Direktur, Manager, Supervisor hingga Staff, untuk mencari solusi atas masalah yang tengah dihadapi oleh perusahaan.

Ketika pimpinan perusahaan memberi kesempatan kepada semua peserta rapat untuk mengemukakan pendapat, salah seorang Supervisor mengacungkan tangan dan berkata, "solusi yang paling aman menurut saya, adalah membeli mesin baru dari jerman. Harganya saat ini sekitar Rp 10 milyar!" Melihat harga mesin yang sangat tinggi, seorang manager segera mengacungkan tangan dan berkata, " Saya punya usul yang lebih baik! kita membeli mesin model baru dari jepang yang harganya lebih murah, sekitar RP 1 milyar!" melihat harga yang masih relatif mahal, seorang Direktur lalu mengacungkan tangan dan berkata, " Bagaimana kalau kita membeli mesin dari china saja yang harganya hanya Rp 100 juta ?" Melihat kondisi kuangan perusahaan yang cukup sulit untuk membeli mesin baru dari jerman, akhirnya pimpinan menyetujui untuk membeli mesin dari china.

Tidak lama setelah keputusan rapat diambil, seorang Office Boy yang sejak tadi melayani menyediakan minum untuk para peserta rapat, memberanikan diri mengacungkan tangannya lalu berkata, " Bapak dan Ibu, jika saya diperbolehkan usul. Bagaimana kalau perusahaan membeli alat dari Indonesia saja? Paling harganya cuma Rp 250 Ribu." Mendengar pernyataan Office Boy yang konyol ini, serentak seluruh peserta tertawa. Namun pimpinan perusahaan memberi tantangan kepada Office Boy tersebut, " Jika kamu memang serius dengan usul yang kamu lontarkan, saya beri kamu Rp 250 ribu untuk mendapatkan alat itu!" Setelah pihak accounting memberi uang Rp 250 ribu, si Office Boy langsung pergi mencari alat yang dia usulkan. Dua jam kemudian Office Boy kembali dengan membawa alat yang sudah dibelinya.

Pimpinan perusahaan, Direktur, Manager, Supervisor dan para staff yang ikut dalam rapat merasa heran bahkan kebanyakan tersenyum menghina melihat alat yang dibawah oleh si Office Boy. Namun dengan langkah yang mantap dan penuh percaya diri, si Office Boy memasang alat baru ini, kotak sabun yang kosong segera terlempar saat melewati alat tersebut. Sehingga yang masuk ke kardus packing adalah sabun yang ada isinya. Seluruh peserta rapat yang ikut menyasikan hal tersebut jadi tercengang sekaligus merasa malu, ternyata usulan mereka dikalahkan oleh seoarang Office Boy. Karena yang dibeli oleh Office Boy tersebut hanya sebuah kipas Angin. Melihat apa yang diusulkannya berhasil, Office Boy tersenyum lalau berkata "n Gitu aja kok repot!" karena keberhasilan dari sebuah ide yang sederhana dan mengunakan alat yang sederhana pula, si Office Boy kemudian diangkat menjadi salah satu staff yang menanga bagian packing.

Apa hikmah yang bisa kita ambil dair cerita di atas ? Tentunya solusi sederhana yang di usulkan oleh Office Boy bisa dilakukan oleh semua peserta dalam rapat, hanya saja hal itu tidak pernah terpikirkan atau bahkan terlewatkan. Mungkin pada saat melihat hasil yang memuaskan dari sebuah alat sederhana seperti kipas angin. Banyak diantara mereka akan berkata, " kalau cuma begitu saja, saya juga bisa!" semua orang akan bisa melakukan seperti yang Office Boy lakukan. Tapi mengapa solusi tersebut tidak terlintas dan terlontarkan pada saat rapat ? karena kebanyakan dari mereka berfikir terlalu rumit.

Semoga artikel ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, agar dalam menghadapi setiap masalah menjadi lebih tenang dan berusahaa mencari solusi yang yang dimulai dengan berfikir secara sederhana.

Tuesday, August 26, 2014

Diam Itu Emas Dan Bicara Di Waktu Yang Tepat adalah Berlian


Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti kita tidak asing dengan kata-kata "Diam itu emas". Begitu banyak orang yang mengatakannya, namun apakah diam itu benar-benar emas?...

Namun bagi saya, walaupun diam terkadang adalah sebuah emas, namun ada kalanya bicara adalah sebongkah berlian. Untuk memahaminya, misal ada sebuah permasalahan dikehidupan kita, permasalahan tersebut membuat kita berdebat dengan teman kita. Apa yang harus kita lakukan?.

Disaat itu mungkin Diam adalah Emas, karena kita mencoba untuk merendamkan amarah antara kita dan teman kita. Namun setelah itu kita harus bicara pada teman kita, untuk menyelesaikan masalahnya. Mungkin itu hanya salah paham dan walaupun memang ada yang salah bukannya itu baik?. Kita bisa tahu kesalahan masing-masing dan saling introspeksi diri untuk menjadi lebih baik.

Memang jika kita disalahkan pada mulanya terasa tidak enak, tapi dengan kita tahu kesalahan kita bukankah kita bisa introspeksi diri dan menjadi lebih baik dan kita bisa mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Disitulah saya mengatakan "Bicara diwaktu yang tepat adalah Berlian".

Monday, August 25, 2014

Benarkah Wanita Tercipta Dari Tulang Rusuk Pria




Kita mungkin sering mendengar kalimat "wanita adalah tulang rusuk pria", bahkan seringkali dikatakan istilah "tulang rusuk" untuk mengambarkan jodoh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri mensabdakan dalam shahihain, " Sesungguhnya wanita tercipta dari tulang rusuk."

Penelitian genetika yang dilakukan oleh sebuah tim dari Boulder Institute Of Behavioral Science di Universitas Colorado membuktikan bahwa wanita dan pria yang menikah ternyata memiliki kesamaan genetika.

Dikutip dari Republika Online, pemimpin peneliti benjamin Dominque mengatakan timnya meneliti genetika dari 825 pasangan menikah di Amerika yang dipilih secra acak. Peneliti membandingkan lebih dari 1,7 juta titik potensi kemiripan genetik. Salah satu pasangan cenderung memiliki kemiripan secara genetik dengan pasangannya,m sehinga keduanya memiliki keyakinan untuk menikah.

"Kesamaan gen akhirnya mendorong hati kita dengan berbagai peluang dan struktur ketika menentukan dengan siapa kita akan menikah. Sebagai contoh, gen pula yang menetukan apakah calon pasangan Anda harus berbadan tinggi, berat badannya, latar belakang etnisnya, agama, hingga tingkat pendidikannya, "ujar Domingue, dilansir dari Easy Good Health.

Kesimpulan ini kemudian diteliti lagi lewat model statistik untuk memahami perbedaan genetik antara populasi manusia yang tidak sedarah. Ada perbedaan kesamaan genetik antaraq pasangan yang menikah dengan saudara sekandung mereka. Kesamaan antara orang-orang yang sudah menikah hampir tidak sedalam saudara kandung. "Saudara kandung rata-rata memiliki kesamaan genetik berkisar 40-60 persen, sedangkan rentang persamaan gen antara pasangan yang sudah menikah lebih kecil dari itu, "ujar Domingue.

Pasangan menikah cenderung memiliki sifat genetik yang sama karena gen mereka membantu menentukan dengan siapa mereka akan bertemu selama hidup mereka. Orang-orang dengan gen yang mirip misalnya, akhirnya menginginkan pasangan dengan latar belakang pendidikan yang sama, misalnya sama-sama S1. Seseorang juga cenderung untuk menikah pasangan yang mirip dengan diri mereka sendiri, dalam hal etnis, ras, dan ukuran tubuh,

Gen-gen juga membentuk perbedaan biologis yang lebih halus namun jsustru bisa saling menarik satu sama lain untuk saling menyukai lewat acara-cara yang tidak kita mengerti . Setidaknya, pasangan sudah menikah memiliki seperti kesamaan dalam hidup mereka.

Demikian ulasan arti tentang "Benarkah Wanita Tercipta Dari Tulang Rusuk Pria", Semoga bermanfaat.

Friday, August 22, 2014

Ternyata Kita Hidup Hanya 1,5 Jam

Demi masa... Sesungguhnya manusia itu benar-benar dlam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran. "(QS.Al-Ashr:1-3)

Mengawali catatan ini, kami mulai dengan surat Al-Ashr ayat 1-3. Dimana ayat tersebut Allah SWT bersumpah demi waktu karena memang waktu manusia hidup di bumi ini sangat singkat sekali. Oleh karena itu, sudah selayakan kita mengunakan waktu sebaik mungkin agar tidak termasuk dalam kategori golongan orang yang rugi. Allah SWT berfirman: "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitungan. "(QS. AS-Sajadah:5)

Jadi, dalam ayat tersebut disampaikan bahwa: perbandingan waktu dunia dengan waktu akhirat itu"satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia". Sungguh, suatu waktu yang sangat lama dan berbeda sangat tajam, hinga wajarlah jika Allah SWT bersumpah demi waktu. Dan kalau kita bandingkan dengan umur kita hidup di dunia ini dengan waktu di akhirat, dan kita ambil nilai rata-rata usia hidup manusia pada saat ini (yaitu berkisar umur 60-an tahun) atau kita ambil contoh dari Rasullulah SAW yang hidup sampai usia 63 tahun, maka usia kita hidup didunia ini hanya 1,5 jam waktu akhirat. Subhanallah....

Mari sama-sama kita belajar menghitung:

- 1000 hari di dunia = 1 hari di akhirat
- 24 jam akhirat       = 1000 tahun dunia
- 12 jam akhirat       = 500   tahun dunia
- 6 jam akhirat         = 250   tahun dunia
- 3 jam akhirat         = 125   tahun dunia
-1,5 jam akhirat       = 62,5  tahun dunia

Hasilnya ternyata dunia yang sering kita banggakan selam ini, dimana di dalamnya kita berlomba-lomba untuk saling membunuh, menipu, mendhalimi, menyakiti, membohongi, korupsi, selingkuh, berzina, dll. ini hanya bernilai 1,5 jam saja.

Astagfirullahal Adzim....

Mari kita mulai berbenah diri memperbanyak istigfar, mengumpulkan bekal sebanyak mungkin untuk perjalanan panjang kita di akhirat nanti, dan bersiap untuk menghadapai moment terdhasyat, yaitu "SAKARATUL MAUT", wallahu A'alam.







Wednesday, August 13, 2014

Menjadi Pasir atau Batu


       Suatu ketika, ada sepasang pengembara yang sedang melakukan perjalanan. Mereka, kini tengah minlintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang, hanya ada horison pasir yang terbentang. Tapak-tapak kaki yang ada di belakang mereka, membentuk jejak-jejak yang tak putus. Susunanya meliuk-liuk, tampak seperti kurva garis, yang berujung debu-debu pasir menerpa tubuh, dan membuat mereka berjalanan merunduk, agar terhindar dari debu kecil itu.

       Tiba-tiba, ada sebuah badai besar yang datang. Hembusannya sangat kuat, membuat tubuh mereka bergoyang, dan limbung. Terpaan yang begitu kuat segera membuat ujung-ujung pakain mereka berkibar-kibar, mengelepak, dan mendorong tubuh mereka ke arah belakang. Untunglah, mereka saling berpegangan, dan dapat bertahan dari badai itu.
         Namun, ada musibah lain yang menimpa mereka. Bekal minuman mereka terbuka, dan terbawa angin yang kuat tadi. " Ah.... kita akan mati kehausan," ujar seorang  pengembara. Lelah bertahan seusai badai, si pegembara duduk tercenung, menyesalkan hilangnya bekal minum mereka. Seseorang dari mereka, tampak menulis sesuatu di atas pasir dengsan ujung jari. "Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini." Pengembara yang lain tampak bingung, namun tetap membereskan perlengkapannya. 

      Badai sudah benar-benar usai, dan mereka pun melanjutkan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang pasir, mereka melihat sebuah oasis di kejauhan, "kita selamat, seru seorang pengembara," lihat ada air disana. " Mereka setengah berlari ke arah air itu. Untunglah, itu bukan fatamorgana. Tampaklah sebuah kolam kecil dengan air yang cukup banyak. Mereka pun mengambil sisanya untuk bekal perjalanan. Sambil beristirahat, pengembara yang sama mulai menulis sesuatu. Pisau yang digenggamnya digunakan untuk memahat di atas sebuah batu. "kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini." Mereka bingung dengan tingkah sahabatnya, pengembara yang lain mulai bertanya. "Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi engkau menulis di atas pasir saat kehilangan bekal minuman?" Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu dalam pasir. Biarkan angin keikhlasan akan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu akan hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semua lenyap dan pupus."

"Namun, ingatlah, saat kita mendapat kebahagiaan, pahatlah kemulian itu dalam batu, agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torelah kenangan kesenangan itu dalam kerasnya batu, agar tak ada sesuatu yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan." Mereka kembali tersenyum. Bekal minuman telah cukup, dan merekapun kembali meneruskan perjalanan mereka. 

       Sahabat Blogger... Ada kalanya memang, kita menemui kesedihan dan kebahagiaan. Ada kalanya, keduanya hadir berselang-seling, saling berganti mewarnai panjangnya jalan hidup ini. Mereka, saya yakin, memberikan kita semacam memori yang kerap membuat kita terkenang. Namun, adakah kita mau bersikap seperti pengembara tadi? Maukah kita menjadi seorang yang pemaaf, yang mampu unutk menuliskan setiap kesedihan dalam pasir, agar angin keikhlasan mampu membawanya pergi? Maukah kita menjadi seorang yang tegar, yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan? Dan teman, cobala pula untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu dalam kekokohan hati kita, agar tak ada apapun yang mampu menghapusnya. Torelah kenenagan kebahagian itum, agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. Saya yakin, angin kebahagiaan dan keikhlasan, akan mampu menggantikan tulisan kesedihan kita di atas pasir kesusahan. Sementara, pahatan kebahagian kita, akan selalu terkenang dan membuat optimis dalam menjalani hidup ini.


Demikian ulasan cerita tentang "Menjadi Pasir atau Batu" Semoga bermanfaat bagi yang membaca artikel ini.