Wednesday, August 13, 2014

Sawang-Sinawang Dalam Bekerja



        Ada seorang pemecah batu yang melihat seorang kaya. Iri dengan kekayaan orang itu, tiba-tiba ia berubah menjadi orang kaya. Ketika ia sedang bepergian dengan keretanya, ia harus memberi jalan kepada pejabat itu, tiba-tiba ia berubah menjadi seorang pejabat. Ketika ia meneruskan perjalanannya, ia merasakan panas terik matahari. Iri dengan kehebatan matahari, tiba-tiba ia berubah menjadi mathari. Ketika ia sedang bersinar terang, sebuah awan hitam menyelimutinya. Iri dengan selubung awan, tiba-tiba ia berubah menjadi awan. Ketika ia sedang berarak di langit, angin menyapuny. Iri dengan kekuatan angin, tiba-tiba ia berubah menjadi angin. Ketika ia berhembus, ia tak kuasa menembus gunung. Iri dengan kegagahan gunung, tiba-tiba ia berubah menjadi gunung. Ketika ia menjadi gunung, ia melihat ada orang yang memecahnya. Iri dengan orang itu, tiba-tiba ia terbangun sebagai pemecah batu. Ternyata itu semua hanya mimpi si pemecah batu.

         Sahabat blogger yang dimuliahkan Allah SWT. Kalau kata orang Jawa, hidup itu sawang sinawang. Artinya mungkin kurang lebih, dalam hidup, kita selalu melihat (keadaan) orang lain (dan kemudian membandingkan-Nya dengan keadaan yang kita jalani). Sepertinya enak hidup begitu, menjadi itu, berada di posisi itu, bla bla bla..... yang kalau diteruskan kedengarannya akan jadi seperti keluh kesah dan tidak mensyukuri hidup. Yahh... rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Yang bisa dan harusnya dilakukan adalah bersyukur. Rasa syukur kepada pekerjaan adalah obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan setiap kekecewaan. Seberat apapun beban pekerjaan yang anda hadapi, pasti akan terasa ringan jika Anda memiliki rasa syukur yang lebih besar dari beban itu. Sebaliknya, seenak apapun suasana dan imbalan yang dapatkan dari pekerjaan Anda; maka andaakan tetap mengeluhkannya jika rasa syukur Anda atas semua kenikmatan kerja itu terlalu kecil untuk menghidupkan lentera nikmat dalam hati Anda. 

       Makanya, banyak orang dengan kedudukan dan imbalan tinggi yang masih mengeluhkan pekerjaannya beginipun namun tetap gembira meski bayarannya 'tidak seberapa'. Keluhan bukanlah monopoli orang-orang berkedudukan rendah. Kegembiraan juga bukan monopoli mereka yang jabatannya tinggi. Malah kita sering menyaksikan hal yang sebaliknya. Jika kita tidak kunjung bahagia dengan kehidupan kerja, mungkin kita perlu bersyukur lebih banyak lagi. Mengapa? Karena rasa syukur pada pekerjaan sangat menentukan apakah kita bahagia dengan pekerjaan itu atau tidak. Karena kita semua saling terkait dan saling tergantung, tidak ada yang betul-betul lebih tinggi atau lebih rendah. Kehidupan ini baik-baik saja.... sampai kita mulai membanding-bandingkan.


Demikian ulasan tenttang  "Swang-Sinawang Dlam Bekerja" , Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

0 comments:

Post a Comment