Tuesday, August 26, 2014

Diam Itu Emas Dan Bicara Di Waktu Yang Tepat adalah Berlian


Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti kita tidak asing dengan kata-kata "Diam itu emas". Begitu banyak orang yang mengatakannya, namun apakah diam itu benar-benar emas?...

Namun bagi saya, walaupun diam terkadang adalah sebuah emas, namun ada kalanya bicara adalah sebongkah berlian. Untuk memahaminya, misal ada sebuah permasalahan dikehidupan kita, permasalahan tersebut membuat kita berdebat dengan teman kita. Apa yang harus kita lakukan?.

Disaat itu mungkin Diam adalah Emas, karena kita mencoba untuk merendamkan amarah antara kita dan teman kita. Namun setelah itu kita harus bicara pada teman kita, untuk menyelesaikan masalahnya. Mungkin itu hanya salah paham dan walaupun memang ada yang salah bukannya itu baik?. Kita bisa tahu kesalahan masing-masing dan saling introspeksi diri untuk menjadi lebih baik.

Memang jika kita disalahkan pada mulanya terasa tidak enak, tapi dengan kita tahu kesalahan kita bukankah kita bisa introspeksi diri dan menjadi lebih baik dan kita bisa mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Disitulah saya mengatakan "Bicara diwaktu yang tepat adalah Berlian".

Monday, August 25, 2014

Benarkah Wanita Tercipta Dari Tulang Rusuk Pria




Kita mungkin sering mendengar kalimat "wanita adalah tulang rusuk pria", bahkan seringkali dikatakan istilah "tulang rusuk" untuk mengambarkan jodoh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri mensabdakan dalam shahihain, " Sesungguhnya wanita tercipta dari tulang rusuk."

Penelitian genetika yang dilakukan oleh sebuah tim dari Boulder Institute Of Behavioral Science di Universitas Colorado membuktikan bahwa wanita dan pria yang menikah ternyata memiliki kesamaan genetika.

Dikutip dari Republika Online, pemimpin peneliti benjamin Dominque mengatakan timnya meneliti genetika dari 825 pasangan menikah di Amerika yang dipilih secra acak. Peneliti membandingkan lebih dari 1,7 juta titik potensi kemiripan genetik. Salah satu pasangan cenderung memiliki kemiripan secara genetik dengan pasangannya,m sehinga keduanya memiliki keyakinan untuk menikah.

"Kesamaan gen akhirnya mendorong hati kita dengan berbagai peluang dan struktur ketika menentukan dengan siapa kita akan menikah. Sebagai contoh, gen pula yang menetukan apakah calon pasangan Anda harus berbadan tinggi, berat badannya, latar belakang etnisnya, agama, hingga tingkat pendidikannya, "ujar Domingue, dilansir dari Easy Good Health.

Kesimpulan ini kemudian diteliti lagi lewat model statistik untuk memahami perbedaan genetik antara populasi manusia yang tidak sedarah. Ada perbedaan kesamaan genetik antaraq pasangan yang menikah dengan saudara sekandung mereka. Kesamaan antara orang-orang yang sudah menikah hampir tidak sedalam saudara kandung. "Saudara kandung rata-rata memiliki kesamaan genetik berkisar 40-60 persen, sedangkan rentang persamaan gen antara pasangan yang sudah menikah lebih kecil dari itu, "ujar Domingue.

Pasangan menikah cenderung memiliki sifat genetik yang sama karena gen mereka membantu menentukan dengan siapa mereka akan bertemu selama hidup mereka. Orang-orang dengan gen yang mirip misalnya, akhirnya menginginkan pasangan dengan latar belakang pendidikan yang sama, misalnya sama-sama S1. Seseorang juga cenderung untuk menikah pasangan yang mirip dengan diri mereka sendiri, dalam hal etnis, ras, dan ukuran tubuh,

Gen-gen juga membentuk perbedaan biologis yang lebih halus namun jsustru bisa saling menarik satu sama lain untuk saling menyukai lewat acara-cara yang tidak kita mengerti . Setidaknya, pasangan sudah menikah memiliki seperti kesamaan dalam hidup mereka.

Demikian ulasan arti tentang "Benarkah Wanita Tercipta Dari Tulang Rusuk Pria", Semoga bermanfaat.

Friday, August 22, 2014

Ternyata Kita Hidup Hanya 1,5 Jam

Demi masa... Sesungguhnya manusia itu benar-benar dlam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran. "(QS.Al-Ashr:1-3)

Mengawali catatan ini, kami mulai dengan surat Al-Ashr ayat 1-3. Dimana ayat tersebut Allah SWT bersumpah demi waktu karena memang waktu manusia hidup di bumi ini sangat singkat sekali. Oleh karena itu, sudah selayakan kita mengunakan waktu sebaik mungkin agar tidak termasuk dalam kategori golongan orang yang rugi. Allah SWT berfirman: "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitungan. "(QS. AS-Sajadah:5)

Jadi, dalam ayat tersebut disampaikan bahwa: perbandingan waktu dunia dengan waktu akhirat itu"satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia". Sungguh, suatu waktu yang sangat lama dan berbeda sangat tajam, hinga wajarlah jika Allah SWT bersumpah demi waktu. Dan kalau kita bandingkan dengan umur kita hidup di dunia ini dengan waktu di akhirat, dan kita ambil nilai rata-rata usia hidup manusia pada saat ini (yaitu berkisar umur 60-an tahun) atau kita ambil contoh dari Rasullulah SAW yang hidup sampai usia 63 tahun, maka usia kita hidup didunia ini hanya 1,5 jam waktu akhirat. Subhanallah....

Mari sama-sama kita belajar menghitung:

- 1000 hari di dunia = 1 hari di akhirat
- 24 jam akhirat       = 1000 tahun dunia
- 12 jam akhirat       = 500   tahun dunia
- 6 jam akhirat         = 250   tahun dunia
- 3 jam akhirat         = 125   tahun dunia
-1,5 jam akhirat       = 62,5  tahun dunia

Hasilnya ternyata dunia yang sering kita banggakan selam ini, dimana di dalamnya kita berlomba-lomba untuk saling membunuh, menipu, mendhalimi, menyakiti, membohongi, korupsi, selingkuh, berzina, dll. ini hanya bernilai 1,5 jam saja.

Astagfirullahal Adzim....

Mari kita mulai berbenah diri memperbanyak istigfar, mengumpulkan bekal sebanyak mungkin untuk perjalanan panjang kita di akhirat nanti, dan bersiap untuk menghadapai moment terdhasyat, yaitu "SAKARATUL MAUT", wallahu A'alam.







Wednesday, August 13, 2014

Menjadi Pasir atau Batu


       Suatu ketika, ada sepasang pengembara yang sedang melakukan perjalanan. Mereka, kini tengah minlintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang, hanya ada horison pasir yang terbentang. Tapak-tapak kaki yang ada di belakang mereka, membentuk jejak-jejak yang tak putus. Susunanya meliuk-liuk, tampak seperti kurva garis, yang berujung debu-debu pasir menerpa tubuh, dan membuat mereka berjalanan merunduk, agar terhindar dari debu kecil itu.

       Tiba-tiba, ada sebuah badai besar yang datang. Hembusannya sangat kuat, membuat tubuh mereka bergoyang, dan limbung. Terpaan yang begitu kuat segera membuat ujung-ujung pakain mereka berkibar-kibar, mengelepak, dan mendorong tubuh mereka ke arah belakang. Untunglah, mereka saling berpegangan, dan dapat bertahan dari badai itu.
         Namun, ada musibah lain yang menimpa mereka. Bekal minuman mereka terbuka, dan terbawa angin yang kuat tadi. " Ah.... kita akan mati kehausan," ujar seorang  pengembara. Lelah bertahan seusai badai, si pegembara duduk tercenung, menyesalkan hilangnya bekal minum mereka. Seseorang dari mereka, tampak menulis sesuatu di atas pasir dengsan ujung jari. "Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini." Pengembara yang lain tampak bingung, namun tetap membereskan perlengkapannya. 

      Badai sudah benar-benar usai, dan mereka pun melanjutkan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang pasir, mereka melihat sebuah oasis di kejauhan, "kita selamat, seru seorang pengembara," lihat ada air disana. " Mereka setengah berlari ke arah air itu. Untunglah, itu bukan fatamorgana. Tampaklah sebuah kolam kecil dengan air yang cukup banyak. Mereka pun mengambil sisanya untuk bekal perjalanan. Sambil beristirahat, pengembara yang sama mulai menulis sesuatu. Pisau yang digenggamnya digunakan untuk memahat di atas sebuah batu. "kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini." Mereka bingung dengan tingkah sahabatnya, pengembara yang lain mulai bertanya. "Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi engkau menulis di atas pasir saat kehilangan bekal minuman?" Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu dalam pasir. Biarkan angin keikhlasan akan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu akan hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semua lenyap dan pupus."

"Namun, ingatlah, saat kita mendapat kebahagiaan, pahatlah kemulian itu dalam batu, agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torelah kenangan kesenangan itu dalam kerasnya batu, agar tak ada sesuatu yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan." Mereka kembali tersenyum. Bekal minuman telah cukup, dan merekapun kembali meneruskan perjalanan mereka. 

       Sahabat Blogger... Ada kalanya memang, kita menemui kesedihan dan kebahagiaan. Ada kalanya, keduanya hadir berselang-seling, saling berganti mewarnai panjangnya jalan hidup ini. Mereka, saya yakin, memberikan kita semacam memori yang kerap membuat kita terkenang. Namun, adakah kita mau bersikap seperti pengembara tadi? Maukah kita menjadi seorang yang pemaaf, yang mampu unutk menuliskan setiap kesedihan dalam pasir, agar angin keikhlasan mampu membawanya pergi? Maukah kita menjadi seorang yang tegar, yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan? Dan teman, cobala pula untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu dalam kekokohan hati kita, agar tak ada apapun yang mampu menghapusnya. Torelah kenenagan kebahagian itum, agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. Saya yakin, angin kebahagiaan dan keikhlasan, akan mampu menggantikan tulisan kesedihan kita di atas pasir kesusahan. Sementara, pahatan kebahagian kita, akan selalu terkenang dan membuat optimis dalam menjalani hidup ini.


Demikian ulasan cerita tentang "Menjadi Pasir atau Batu" Semoga bermanfaat bagi yang membaca artikel ini.

Bekerjalah Seperti Jam Dinding



     Makna hidup ini seperti Jam Dinding. Dilihat orang atau tidak, ia tetap berdenting. Dihargai orang atau tidak, ia tetap berputar. Walau tak seorangpun mengucapkan terimakasih, ia tetap "Bekerja". Jika jam dinding bisa bicara, ia akan berkata :
"Karena aku punya KUALITAS, KOMITMEN & TANGGUNG JAWAB" maka aku terus digunakan. kehidupan kita perlu adanya keseimbangan antara bekerja dan bermain, keluarga dan waktu pribadi. Sangatlah diperlukan untuk memutuskan bagaimana kita ingin menyeimbangkan hidup kita? Tentukan dan aturkanlah prioritas hidup kita. 

      Hidup ini rapuh, Hidup ini singkat. Jangan sia-siakan hidup kita, seimbangkan gaya hidup dan nikmatilah KEHIDUPAN. Dan berbuat baiklah terus kepada sesama. Meskipun perbuatan baik kita tidak dinilai, tidak diperhatikan ooleh orang, diibaratkan sama dengan "JAM DINDING" 

Temukan Cinta Di Kantor Anda

Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang yang bekerja disana. Rasakan kegembirain dari pertemanan itu dan perkerjaan pun jadi menggembirakan. Bila anda tak mencintai rekan-rekan kerja anda maka cintailah suasana dan gedung kantor anda.


Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan baik lagi, bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintailah setiap pengalaman pulang pergi dari dari dan ke tempat kerja anda.



Perjalanan yang menyenangkan menjadi tujuan tampak menyenangkan juga. Namun bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apapun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding atau gumpalan awan dari balik jendela.

Apa saja, bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda di situ ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan...? Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah disana, hidup hanya sekali tak ada yang lebih indah sekali melakukan dengan rasa cinta yang tulus. 


Demikian ulasan cerita tentang "Temukan Cinta Di Kantor Anda" Semoga bermanfaat bagi yang membca artikel ini.

Dari Tukang Ledeng Berubah Menjadi General Manager




     Suatu ketika owner disuatu perusahaan ternama, memiliki masalah dengan kran air di kamar mandi di rumahnya. Kran tersebut selalu bocor dan membuat Big Bos itu khawatir akan keselamatan anaknya yang dapat terpleset dan jatuh. Mengikuti rekomendasi temennya, Mr.Benz menghubungi tukang ledeng agar memperbaiki kran miliknya. Akhirnya dibuat janji untuk memperbaiki kran tersebut yaitu 2 hari lagi, hal ini dikarenakan si tukang ledeng cukup sibuk. Bahkan tukang ledeng tersebut tidak mengetahui bahwa yang menelponnya adalah salah satu orang penting di perusahaan terkenal itu. Setelah ditelpon, 1 hari kemudian si tukang ledeng menghubungi Mr.Benz tersebut untuk menyampaikan ucapan terimakasih karena telah bersedia menunggu hingga 1 hari lagi. Mr.Benz pun terkagum-kagum atas pelayanan si tukang ledeng dan cara berbicaranya.

      Hari berikutnya pada hari yang telah di tentukan, si tukang ledeng datang untuk memperbaiki kran yang bocor di rumah Mr.Benz. Setelah diperiksa dengan seksama, akhirnya kran tersebut selesai diperbaiki dan setelah terima pembayaran atas jasanya, si tukang ledeng pulang ke rumahnya. Sekitar 2 minggu kemudian, si tukang ledeng menelpon Mr.Benz untuk menanyakan apakah kran yang telah diperbaiki sudah benar-benar dalam kondisi baik dan tidak ada masalah yang timbul ? ternyata Mr.Benz puas akan hasil kerja si tukang ledeng  dan mengucapkan terimakasih atas pelayanan si tukang ledeng. Mr.Benz berfikir bahwa orang ini pasti orang hebat walaupun hanya seorang tukang ledeng.

      Beberapa bulan kemudian Mr.Benz merekrut si tukang ledeng untuk bekerja di perusahaannya. Tahukah Anda siapa nama tukang ledeng tersebut? Ya, dialah Christoper L. Jr Saat ini beliau menjabat sebagai General Manger Customer Satisfaction and Public Relation di perusahaan itu.

     Sahabat... Cerita di atas memberikan pelajaran kepada kita untuk memberikan yang terbaik di kehidupan ini apapun posisi kita saat ini. Seringkali kita menganggap reme hal-hal kecil dalam hidup kita dan kita tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini terbentuk dari hal yang paling kecil.  Seringkali kita mendengar pepatah "bagaimana mungkin seseorang dapat mengerjakan suatu perkara besar jika selalu mengabaikan perkara-perkara kecil?" Sesungguhnya pepatah ini merupakan suatu KEBENARAN yang perlu kita perhatikan bersama. " Lakukan sesuai dengan kemampuan yang ada, jangan pernah berniat untuk menunggu, sebab dengan menunggu, mungkin akan membuat kita kehilangan kesempatan" Wallahu A'lam. 

Demikian ulasan tentang "Dari Tukang Ledeng Berubah Menjadi General Manager" Semoga bermanfaat bagi yang membaca artikel ini.


Sawang-Sinawang Dalam Bekerja



        Ada seorang pemecah batu yang melihat seorang kaya. Iri dengan kekayaan orang itu, tiba-tiba ia berubah menjadi orang kaya. Ketika ia sedang bepergian dengan keretanya, ia harus memberi jalan kepada pejabat itu, tiba-tiba ia berubah menjadi seorang pejabat. Ketika ia meneruskan perjalanannya, ia merasakan panas terik matahari. Iri dengan kehebatan matahari, tiba-tiba ia berubah menjadi mathari. Ketika ia sedang bersinar terang, sebuah awan hitam menyelimutinya. Iri dengan selubung awan, tiba-tiba ia berubah menjadi awan. Ketika ia sedang berarak di langit, angin menyapuny. Iri dengan kekuatan angin, tiba-tiba ia berubah menjadi angin. Ketika ia berhembus, ia tak kuasa menembus gunung. Iri dengan kegagahan gunung, tiba-tiba ia berubah menjadi gunung. Ketika ia menjadi gunung, ia melihat ada orang yang memecahnya. Iri dengan orang itu, tiba-tiba ia terbangun sebagai pemecah batu. Ternyata itu semua hanya mimpi si pemecah batu.

         Sahabat blogger yang dimuliahkan Allah SWT. Kalau kata orang Jawa, hidup itu sawang sinawang. Artinya mungkin kurang lebih, dalam hidup, kita selalu melihat (keadaan) orang lain (dan kemudian membandingkan-Nya dengan keadaan yang kita jalani). Sepertinya enak hidup begitu, menjadi itu, berada di posisi itu, bla bla bla..... yang kalau diteruskan kedengarannya akan jadi seperti keluh kesah dan tidak mensyukuri hidup. Yahh... rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Yang bisa dan harusnya dilakukan adalah bersyukur. Rasa syukur kepada pekerjaan adalah obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan setiap kekecewaan. Seberat apapun beban pekerjaan yang anda hadapi, pasti akan terasa ringan jika Anda memiliki rasa syukur yang lebih besar dari beban itu. Sebaliknya, seenak apapun suasana dan imbalan yang dapatkan dari pekerjaan Anda; maka andaakan tetap mengeluhkannya jika rasa syukur Anda atas semua kenikmatan kerja itu terlalu kecil untuk menghidupkan lentera nikmat dalam hati Anda. 

       Makanya, banyak orang dengan kedudukan dan imbalan tinggi yang masih mengeluhkan pekerjaannya beginipun namun tetap gembira meski bayarannya 'tidak seberapa'. Keluhan bukanlah monopoli orang-orang berkedudukan rendah. Kegembiraan juga bukan monopoli mereka yang jabatannya tinggi. Malah kita sering menyaksikan hal yang sebaliknya. Jika kita tidak kunjung bahagia dengan kehidupan kerja, mungkin kita perlu bersyukur lebih banyak lagi. Mengapa? Karena rasa syukur pada pekerjaan sangat menentukan apakah kita bahagia dengan pekerjaan itu atau tidak. Karena kita semua saling terkait dan saling tergantung, tidak ada yang betul-betul lebih tinggi atau lebih rendah. Kehidupan ini baik-baik saja.... sampai kita mulai membanding-bandingkan.


Demikian ulasan tenttang  "Swang-Sinawang Dlam Bekerja" , Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

Tuesday, August 12, 2014

Bekerja Sepenuh Hati Bukan Sepenuh Gaji


   Hidup ini adalah perjuangan ! Itu bukan hanya sekedar jargon akan tetapi begitulah adanya kehidupan terlebih lagi di masa kini, di mana segala hal terkadang diukur materi! Semoga bukan kita, bukan kita yang selalu mengukur segalanya dengan sebuah nilai keduniaan yang hakikatnya tak lah lebih dari sehelai sayap nyamuk! Masih ada hal yang lebih pantas untuk dijadikan ukuran agar kehidupan ini jauh lebih bearti. Maka ingatlah akhirat maka kau akan selamat!

   Salah satu bentuk perjuangan adalah dengan bekerja, bekerja keras juga cerdas. Tak kalah penting bekerja dengan hati. Tulus bekerja karena allah Rabbul'izzati membuat kita lebih bearti "Sebaik-baiknya usaha adalah usaha tangan seorang pekerja apabila ia mengerjakan dengan tulus". (HR. Ahmad)
 
   Ikhlas harus turut serta menjadi bagian terpenting begitu pula kejujuran. Banyak orang yang pintar sekarang ini, tapi mengenaskan di sisi lain semakin langka orang jujur! Berjuang sepenuh hati! Bila hanya setengah hati atau bukan seperempat asa maka kita akan begitu dekat dengan kegagalan karena kegagalan adalah milik mereka yang melangkahkan setegah hati, tak jelas apa yang dicari (from zero to hero). Lagi pula apa nikmat bekerja setengah-setengah, asal-asalan, asal jadi, asal kerja bukankah hasilnya pun tak maksimal. Bukankah Allah mewajibkan kita bekerja profesional. "Sesungguhnya Allah mewajibkan kebaikan (Profesionalitas) atas segala sesuatu. (HR.Muslim)

   Mungkin perintah ini belum lah cukup untuk membuat kita tersadar dan bangun dari kemalasan bekerja tanpa semangat, maka coba renungkan ! Paling tidak baca dengan hati, " Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalau diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (Q.S At-Taubah: 105).

   Sekali lagi ingat akhirat bilan ingin selamat! Saat di padang mahsyar nanti, kita akan dipertontonkan semua adegan-adegan yang pernah kita lakoni di dunia ini. Semua perbuatan-perbuatan yang sudah kita perbuat tak kan luput bahkan kejahatan sekecil biji kurma. Setiap kali kita dilanda lelah, pikiran penat, kerjaan numpuk bikin mumet. Kerja lembur! Dari pagi sampai malam. Sungguh pilu. Akan tetapi bersyukurlah, kita masih memiliki pekerjaan! Coba kita tengok ! Penganguran yang masih berkutat pada kabar lowongan ? Atau susahnya orang-orang yang mencari nafkah dengan cara halal akan tetapi harus dibayar dengan hasil yang tak seimbang!

   Oleh karena demikianlah betapa patutnya kita mencintai pekerjaan kita. Pekerjaan yang kita jalani karena Allah tidak akan membuat kita terjebak pada rutinitas, sungguh berarti memaknai dan memaksimalkan usaha kita agar bertambah berkah.

Bekerja ada 3 tingkatan besar, Yaitu :
1. Occupation: Berarti seseorang bekerja hanya untuk menghabiskan waktu dan
    memperoleh sejumlah uang. Baginya tidak penting apakah naik jabatan, karir, maupun 
    penghargaan lainnya. Tipe pekerja seperti ini yang penting asal gaji berkala. Karyawan 
    pada tingkatan ini tindakanya pertama yang dilakukan begitu masuk kantor bukan        
    langsung bekerja, melainkan mengobrol sana-sini, membuat mie instan untuk sarapan
    atau berbagi makanan yang dibawa untuk sarapan bersama.

2. Professional: Mereka tidak hanya menunaikan kewajiban dan rutinitas harian
     melainkan juga berfikir bagaimana agar apa yang dilakukannya setiap hari meningkat 
     kualitasnya. Pangilan pekerjaan baginya bukan hanya sekadar untuk mendapatkan gaji 
     dalam rangka memenuhi kebutuhannya, melainkan berusaha terus-menerus meningkat-
     kan kompetensi diri, bahkan hingga di luar disiplin ilmunya.
3. Vocation: Tingkatan yang paling tinggi dalam bekerja adalah vacation, bagi mereka
      yang sudah menampak di tahap ini, beraktivitas bukan lagi suatu pekerjaan (Working),
     melainkan sudah merupakan PANGILAN HATI.


   "Tuhan lebih tahu diriku daripada diriku sendiri, dan aku lebih mengetahui diriku daripada kalian....." Maka nilai diri kita pada tingkatan mana kita berada serta pikirkan dalam-dalam, me-huhasabah diri sebelum kelak kita di hisab akan segala tingkah dan laku yang pernah dibuat. Pekerja sejati melakukan perkerjaannya dengan seluruh kemampuan diri dan hati! Tunggu apalagi? Yuk, perbaiki diri, bekerja prosuktif. Akhirat di hati, dunia tergenggam di tangan. Bekerja setengah hati membuat hidup tak berarti.


Demikian ulasan tenttang  "Bekerja Sepenuh Hati Bukan Sepenuh Gaji" , Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.